0

BAGIAN 1 : Semua tentang Merantau

Posted by fathur.hafizhi on November 13, 2016 in Kisah Minggu Pertama di UGM |

    Untuk akhirnya bisa sampai ke sini bukanlah sesuatu yang mudah. Banyak hal, kepentingan, bahkan kewajiban yang pada akhirnya harus kupertimbangkan dan kuputuskan. Ada yang terpaksa untuk kutinggalkan, ada pula yang masih kucoba untuk seimbangkan. Semua tentang merantau.

    Termasuk pada keluarga, berat rasanya ketika harus meninggalkan mereka jauh di sana. Sulit rasanya ketika harus merelakan waktuku bersama mereka akan berkurang. Dulu, kami bisa setiap hari bertemu dan berbagi kasih, bercanda, bahkan mengingatkan. Tapi sekarang mungkin yang akan kuhadapi berbeda. Tapi aku percaya kasih sayang kami akan tetap terasa sama, tak ada yang berbeda, tak berkurang sedikitpun.

    Semua tentang Merantau, ya Merantau. Akhirnya kuputuskan pilihanku untuk pergi belajar menuntut ilmu ke kampus impianku, Universitas Gadjah Mada. Berkat izin Allah, orang tua, keluarga, semua yang mendoakanku, akhirnya aku bisa diterima berkuliah di Kampus Kerakyatan ini. Sempat gagal di satu jalur, semangatku tak padam. Aku mencoba jalur lain dan Ahamduillah diterima.

    Setelah pengumuman resmi, aku mulai kesana kemari, mencari informasi, terkait registrasi di kampus impianku ini. Singkat cerita segala urusan terkait registrasi telah rampung kulakukan. Sekarang tinggal mengurus berbagai hal teknis untuk persiapanku Merantau. Aku begitu percaya ini adalah hal yang sakral untuk kulakukan, salah-salah menyiapkan, aku tak tahu apa yang akan terjadi. Hehehe.

    Tempat tinggal, itu hal prioritas yang harus kupersiapkan. Setelah berdiskusi panjang dengan orang tua, kerabat, bahkan teman-teman yang asli Jogja, akhirnya kuputuskan untuk tahun pertama menempati Asrama, yang kebetulan kampusku menyediakan fasilitas asrama bagi mahasiswa barunya. Hmm. “Asrama”, sebuah kata benda yang maknanya bagi sebagian orang sama dengan “Jam Malam” wkwk. Kisahku tentang asrama akan kuceritakan lebih lengkap nanti di bagian berikutnya yaaaaa..

    Jadwal daftar ulang termasuk pengambilan almamater telah keluar. Bagiku saat itu begitu mendadak, aku harus segera pergi. Hiks. Kulihat jadwal, aku mendapat giliran pada Senin, 25 Juli 2016. Hmm..sayang sekali aku telah memesan tiket keberangkatan untuk 28 Juli. Setelah bertanya kesana kemari, ternyata pengambilan alamamater diperbolehkan untuk alasan tertentu dilakukan di luar jadwal. “Syukurlah”, ucapku.

    Tiba waktunya 28 Juli 2016. Aku akan berangkat menggunakan pesawat, dengan jadwal take off pukul 08.10 WIB. Subuh hari aku sudah harus berpamitan dengan keluargaku, berhubung jalan dari rumah ke bandara yang lumayan memakan waktu. Kutatap wajah keluargaku satu persatu. Ibuku pagi itu, wajahnya masih menebar senyum, walau kutahu apa yang ia rasakan. Di balik rasa itu, ia relakan anaknya merantau pergi jauh. Aku percaya kasih dan doanya lah yang akhirnya membuatku kini masih betah berada di perantauan. Ibu, percayalah anakmu sedang mengemban tugas dan misi untuk mengabdi di jalan Allah, menuntut ilmu dan membanggakanmu. Aku berjanji suatu saat nanti, jika Allah mengizinkan, aku akan membuat senyummu semakin melebar, melihat anakmu ini selangkah sukses seperti apa yang kau dan aku cita-citakan. Kutatap wajah Kakakku, mereka yang selalu mengingatkanku, memanjakanku kini harus aku tinggalkan. Kusampaikan pesan lewat tatapan mataku, “tolong jaga keluarga ini”. Kutatap wajah keponakanku yang masih tertidur pulas. Ku lihat wajah mereka yang penuh ketulusan menyayangi “dede”nya ini. Percayalah, Nak. “Dede” juga sama. Mungkin sekarang tak ada lagi suara ribut tertawa dan menangis saat aku ingin tidur. Tak ada lagi yang bisa kumintai tolong untuk memijat saat aku lelah, tak ada lagi ajakan mereka untuk bermain dan belajar bersama. Ahhh…berat rasanya.

    Tapi aku selalu percaya bahwa kasih keluarga sepanjang masa, kasih keluarga tak terhingga. Aku percaya selalu teruntai doa untukku di sini, begitupula doaku untuk mereka di sana.
    Semua tentang Merantau, ya lagi-lagi Merantau. Mungkin ini terlalu melankolis, tapi inilah yang kurasakan. Tapi aku selalu yakin bahwa tiada yang akan berujung sia-sia. Semua yang kini sementara kutinggalkan, akan berbuah hasilnya, kelak. Aku yakin bahwa Merantauku ini adalah bagian dari pengabdian. Bagian dari ibadahku kepada Allah. Bagian dari baktiku pada orang tua dan keluarga. Serta bagian dari cita-citaku untuk bangsa dan negara. Bismillah…

    Tags:

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Copyright © 2016-2025 Fathur Hafizhi's blog All rights reserved.
This site is using the Desk Mess Mirrored theme, v2.5, from BuyNowShop.com.